Banyak tradisi peninggalan nenek moyang terdahulu yang sampai saat ini masih dilestarikan masyarakat Desa Jatiwaringin, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, salah satunya ialah ‘Ngaruat Bumi’.
‘Ngaruat Bumi’ dalam bahasa sunda sendiri adalah Ngarawat bumi (Memelihara bumi) atau juga disebut selametan bumi. Sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas segala yang diperoleh dari hasil bumi selama ini. Masyarakat Desa Jatiwaringin, Kecamatan Mauk sendiri menggelar acara tersebut satu kali dalam setahun, biasanya dalam kalender Hijriyah Islam bertepatan pada bulan Rabiul Awal (Maulid).
Kepala Desa Jatiwaringin Mauk, Hasan Bahri mengatakan, acara Ngaruat Bumi atau rawat bumi yang dilaksanakan oleh masyarakat desanya adalah tradisi nenek moyang terdahulu yang hingga saat ini masih dilestarikan. Manifestasi wujud rasa syukur itu berupa ritual tasyakuran yang digelar secara bersama-sama dengan membawa makanan siap saji yang dibawa masing-masing untuk didoakan dan kemudian dimakan secara bersama-sama.
“Ini (Ruwat Bumi_red) tradisi dari orang tua terdahulu yang dirasa baik dan perlu dilestarikan, apalagi dengan menggelar doa bersama Insya Allah akan membawa keberkahan,” kata Kades yang akrab disapa Baron kepada redaksi24.com, Kamis (4/11/2021).
Selain itu, lanjutnya, momentum ritual Ruwat Bumi kali ini juga disempatkan dengan berziarah ke makam salah satu tokoh sepuh yang ada di makam nunut. Hal itu dilakukan agar masyarakat mendoakan dan bisa mengenal siapa saja tokoh-tokoh terdahulu yang menyebarkan ajaran islam di Desa Jatiwaringin.
“Mudah-mudahan kedepan masyarakat Jatiwaringin diberikan keselamatan dan kemakmuran,” pungkasnya.